LPKPK Soroti Pergeseran Makna Kunjungan Industri SMK yang Kini Cenderung Jadi Study Tour

Jawa Timur, Lumajang85 Dilihat

Globaltoday.id, Lumajang — Istilah kunjungan industri (KI) sudah tidak asing lagi di kalangan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Program ini sejatinya memiliki tujuan mulia — memperkenalkan dunia kerja dan aktivitas industri secara langsung agar siswa lebih siap menghadapi dunia usaha dan dunia industri (DUDI) setelah lulus.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, makna program edukatif ini dinilai mulai bergeser. Kunjungan industri kini kerap disamarkan menjadi kegiatan wisata atau study tour yang lebih menonjolkan sisi rekreasinya ketimbang nilai edukatifnya.

Fenomena ini mendapat perhatian serius dari Lembaga Pengawal Kebijakan Pemerintah dan Keadilan (LPKPK) Kabupaten Lumajang. Ketua LPKPK Lumajang, Dodik Supriyatno, yang pernah menjabat anggota Dewan Pendidikan, menilai bahwa banyak sekolah kini menyalahartikan esensi kunjungan industri.

“Tujuannya memang baik, yaitu memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Tapi yang terjadi, kunjungan industri sering dijadikan alasan untuk kegiatan wisata. Pihak sekolah biasanya berdalih bahwa kegiatan ini sudah dimusyawarahkan dan disetujui wali murid, bahkan disertai surat pernyataan bermaterai,” ujar Dodik, Selasa (16/10/2025).

Ia menegaskan, jika benar program tersebut untuk tujuan pembelajaran, maka pelaksanaannya bisa dilakukan di wilayah yang lebih dekat agar tidak menimbulkan beban biaya tinggi bagi orang tua siswa. “Kalau memang tujuannya untuk belajar di industri, mengapa tidak diadakan di Lumajang saja? Banyak perusahaan lokal yang bisa dijadikan tempat belajar tanpa perlu bermalam atau perjalanan jauh. Hemat biaya, lebih efektif, dan tetap mendidik,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Dodik menyoroti bahwa kondisi ekonomi masyarakat saat ini seharusnya menjadi pertimbangan utama sekolah dalam merancang program seperti KI. “Sekolah harus peka terhadap situasi. Jangan sampai kegiatan yang seharusnya mendidik justru berubah menjadi beban finansial bagi keluarga siswa,” tegasnya.

Pandangan senada juga disampaikan oleh mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang, Dr. Agus Salim, M.Pd. Ia menilai bahwa program kunjungan industri tetap memiliki manfaat besar, selama dirancang dengan bijak dan berempati terhadap kondisi masyarakat.

“Saya memahami bahwa kunjungan industri memiliki tujuan baik untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Namun, di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang sedang sulit, setiap kegiatan sekolah sebaiknya dirancang dengan lebih bijak dan berempati. Yang terpenting bukan seberapa jauh perjalanannya, tapi seberapa besar manfaat yang didapat siswa dari kegiatan tersebut. Jika dirancang dengan fokus pada pembelajaran dan keterjangkauan, kunjungan industri tetap bisa menjadi pengalaman berharga tanpa harus memberatkan siapa pun,” ujar Agus Salim.

Sementara itu, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Lumajang, Dr. Thomas Jati Nugroho, menambahkan bahwa secara prinsip program kunjungan industri diperbolehkan, asalkan tujuannya jelas dan benar-benar mendukung pengembangan kompetensi siswa sesuai bidang keahliannya.

“Program kunjungan industri boleh saja dilakukan, asalkan tujuan utamanya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang keilmuan siswa. Jadi, tujuannya harus jelas, manfaatnya harus jelas, dan pengalaman berpraktiknya juga harus nyata. Misalnya, siswa mendapat pengarahan dan pembelajaran langsung di industri. Jangan sampai kegiatan ini justru didominasi wisata, karena kalau begitu lebih tepat disebut study tour, bukan kunjungan industri,” jelas Thomas.

LPKPK Lumajang berharap agar Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kunjungan industri di tingkat SMK, agar program ini kembali pada makna aslinya — sebagai jembatan antara dunia pendidikan dan dunia kerja, bukan sekadar ajang rekreasi berkedok edukasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *