Menjual Aset Milik Pejabat: Solusi Atasi Krisi Ekonomi Bangsa

Jawa Timur, Lumajang141 Dilihat

Globaltoday.id, Pasuruan, 03 September 2025 – Bulan Agustus selalu menjadi bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada tanggal 17 Agustus diperingati sebagai Hari Kemerdekaan. Tahun ini, Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-80.

Namun, semarak perayaan yang biasanya identik dengan kegembiraan justru berubah menjadi gelombang demonstrasi di berbagai daerah. Aksi-aksi tersebut berujung kericuhan, pembakaran, bahkan memakan korban jiwa.

Penyebab utama munculnya gejolak ini adalah keputusan pemerintah menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga lebih dari 250 persen.

Kebijakan tersebut sangat memberatkan masyarakat, terutama kalangan bawah yang tengah berjuang menghadapi situasi ekonomi sulit.

Di tengah kondisi tersebut, KH. Idris—putra ketiga dari Al-‘Arifbillah KH. Abdul Hamid—dalam sambutannya pada Peringatan Haul ke-44 ayahandanya, menyampaikan pandangan yang menyejukkan.

Beliau menuturkan kilas balik sejarah pada masa kekhalifahan, ketika umat Islam juga pernah menghadapi krisis ekonomi yang serupa.

KH. Idris Hamid mengisahkan bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, Khalifah Mutawakkil menggelar rapat bersama para menteri untuk mencari solusi menghadapi krisis. Seluruh menteri sepakat menaikkan pajak sebagai jalan keluar.

Namun, hadir pula seorang ulama besar, Imam Ahmad bin Hanbal, ahli hadis sekaligus ahli fikih. Imam Ahmad memberikan pandangan berbeda. Ia berkata, “Saya punya solusi, tetapi bukan dengan menaikkan pajak. Solusi itu adalah menjual harta kekayaan para menteri dan pejabat, lalu hasilnya diberikan kepada rakyat.”

Kisah ini, menurut KH. Idris, seharusnya menjadi cermin bagi pemerintah Indonesia saat ini. Sejarah mengajarkan bahwa beban krisis jangan serta merta ditimpakan kepada rakyat kecil melalui pajak, apalagi di tengah kondisi mereka yang sudah kesulitan.

Sebaliknya, solusi bisa dicari dengan meneladani sikap para ulama terdahulu yang lebih mengutamakan kesejahteraan masyarakat.

Di akhir sambutan, apa yang disampaikan ini adalah bagian dari “urun rembug” sebagai upaya mendamaikan suasana panas yang terjadi beberapa minggu ini di Indonesia.

Lewat mimbar Majelis Haul Al Arifbillah KH. Abdul Hamid ini setidaknya bisa dijadikan momentum perubahan fundamental para pemangku kebijakan agar selalu berhati hati jika berhubungan dengan masyarakat. (Luqman)